Jakarata EKOIN.CO – Pergeseran pilihan konsumen bahan bakar minyak (BBM) kian terasa dalam beberapa bulan terakhir. BBM dari Shell dan BP semakin diminati, sementara PT Pertamina (Persero) harus menghadapi kenyataan bahwa sebagian besar konsumen sudah beralih. Fenomena ini memicu polemik baru setelah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberlakukan kebijakan impor satu pintu yang wajib melalui Pertamina.
Ikuti berita terbaru EKOIN lewat WA Channel
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan operator SPBU swasta, termasuk Shell, Vivo, dan BP, tidak lagi mendapatkan izin impor BBM secara langsung hingga 30 Desember 2026. Kebijakan ini membuat SPBU swasta tidak bisa leluasa memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat.
Bahlil menyatakan bahwa jika SPBU swasta ingin tetap melayani konsumen, maka mereka bisa membeli pasokan BBM melalui Pertamina. Menurutnya, stok cadangan yang dikelola Pertamina masih mencukupi kebutuhan nasional, sehingga distribusi dipastikan tetap berjalan.
BBM Swasta Kehabisan Stok, Karyawan Dirumahkan
Kebijakan baru ini berdampak nyata terhadap operasional SPBU swasta. Beberapa stasiun pengisian milik Shell dan BP terpaksa mengurangi aktivitas, bahkan sebagian merumahkan karyawan karena stok BBM impor habis sebelum akhir tahun.
Faktor penyebab habisnya kuota impor SPBU swasta antara lain karena banyak konsumen memilih beralih dari Pertamina ke operator asing. Pilihan ini didorong oleh persepsi masyarakat bahwa kualitas dan layanan BBM swasta lebih baik.
Menurut keterangan resmi Kementerian ESDM, SPBU swasta sudah mendapatkan kuota impor BBM sebesar 110 persen dibanding tahun sebelumnya. Namun, jumlah tersebut tidak mampu menahan lonjakan permintaan yang tinggi.
Bahlil menambahkan, “Kuota impor BBM untuk operator swasta sebenarnya sudah lebih besar dari tahun 2024, tetapi sudah habis lebih cepat. Salah satu penyebabnya, karena banyak konsumen yang pindah dari BBM Pertamina ke BBM dari SPBU swasta.”
Pertamina Klaim Cadangan BBM Masih Aman
Menyikapi situasi ini, Pertamina menegaskan pihaknya memiliki cadangan BBM yang cukup untuk memastikan kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi. Direktur Utama Pertamina mengakui adanya pergeseran pola konsumsi, namun optimistis bisa menjaga kestabilan pasokan.
Langkah pengendalian dilakukan dengan mengintegrasikan sistem impor BBM agar distribusi lebih terkontrol. Pertamina menegaskan tidak ada alasan bagi masyarakat untuk khawatir akan kekurangan pasokan bahan bakar di dalam negeri.
Namun, bagi SPBU swasta, kebijakan ini memunculkan tantangan besar. Mereka harus bergantung pada Pertamina untuk menambah stok BBM, meski pasar menunjukkan adanya permintaan yang tinggi. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi penurunan daya saing.
Di lapangan, sebagian konsumen mengaku lebih memilih membeli BBM di SPBU Shell dan BP karena kualitas produk dianggap lebih stabil. Layanan tambahan yang diberikan SPBU asing juga menjadi daya tarik tersendiri.
Meski begitu, pemerintah menekankan kebijakan impor satu pintu penting untuk menjaga ketahanan energi nasional. Dengan begitu, ketersediaan dan distribusi BBM bisa lebih merata di seluruh daerah.
Kebijakan impor satu pintu melalui Pertamina menimbulkan dinamika baru dalam industri energi, terutama terkait pasokan dan persaingan antaroperator SPBU.
Fakta bahwa banyak konsumen beralih dari Pertamina ke Shell dan BP menunjukkan adanya tantangan besar bagi BUMN migas itu dalam mempertahankan loyalitas pelanggan.
Meski Pertamina menjamin stok cadangan BBM tetap aman, kebijakan ini telah berdampak pada pengurangan operasional SPBU swasta.
Diperlukan langkah komunikasi publik yang lebih baik agar masyarakat memahami alasan di balik kebijakan impor satu pintu.
Pemerintah, Pertamina, dan operator swasta perlu membangun mekanisme distribusi yang transparan demi menjaga kestabilan pasokan BBM di Indonesia. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










