Jakarta, EKOIN.CO – Penyakit tuberkulosis (TBC) tidak bisa sembuh sendiri tanpa pengobatan medis. Menurut Hello Sehat, bakteri Mycobacterium tuberculosis hanya bisa dibasmi sepenuhnya melalui konsumsi obat anti tuberkulosis (OAT) lengkap sesuai pedoman dokter .
Bakteri penyebab TBC dapat menjadi dorman setelah gejala mereda, namun sifat bakteri yang “tertidur” ini justru menghindar dari efektivitas antibiotik jika pengobatan dihentikan terlalu cepat
Kunci utama penyembuhan total TBC adalah dua tahap pengobatan, yakni fase intensif dan lanjutan, dengan durasi antara enam hingga dua belas bulan
Jika pasien merasa kondisi sudah membaik setelah beberapa minggu pengobatan, bukan berarti penyakit telah hilang sepenuhnya. Sisa bakteri bisa berkembang kembali jika obat dihentikan terlalu dini
Proses dan Pentingnya Pengobatan Rutin
Menurut Ciputra Hospital, rata-rata proses penyembuhan TBC berlangsung enam hingga dua belas bulan. Hal itu tergantung tingkat keparahan dan respons pasien terhadap obat
Alodokter menyebut, agar pengobatan berhasil, pasien harus mengonsumsi obat secara rutin dan menjalani kontrol sesuai jadwal untuk memantau perkembangan
Yayasan KNCV Indonesia menekankan pentingnya pengawasan ketat selama pengobatan. Obat disediakan gratis oleh pemerintah dan pasien dianjurkan agar tidak putus asa
Dengan pengobatan tepat dan dukungan dari pendamping, sebagian besar pasien TBC bisa sembuh total sebelum durasi enam bulan berakhir
Risiko Pengobatan Tidak Tuntas dan TB MDR
Jika pasien lalai mengonsumsi obat, bakteri TBC bisa menjadi resistan terhadap obat–menyebabkan Tuberkulosis Multi Drug Resistant (TB MDR)
TB MDR membutuhkan waktu pengobatan lebih lama dan obat yang lebih kuat, bahkan sering kali efek sampingnya lebih berat .
Yayasan KNCV menambahkan bahwa TB MDR sering muncul karena rendahnya kepatuhan dan akses pengobatan, serta kurangnya pemantauan medis .
Tanpa pengawasan medis dan kepatuhan terhadap OAT, risiko kambuh atau berkembangnya TB MDR semakin tinggi.
Kondisi Paru Setelah Sembuh TBC
Bahkan setelah bakteri hilang, banyak pasien menunjukkan bekas infeksi pada paru-paru. Menurut Hello Sehat, sampai 74% pasien memiliki kerusakan jaringan paru setelah sembuh
Beberapa penderita mengalami penurunan fungsi paru permanen, bahkan setelah pemeriksaan BTA negatif
Meski begitu, rehabilitasi paru seperti terapi pernapasan dan latihan fisik bisa membantu memulihkan fungsi paru secara bertahap .
Ciputra Hospital menyarankan rehabilitasi paru setelah pengobatan selesai agar kondisi pernapasan membaik secara optimal
Langkah Preventif dan Edukasi
Deteksi dini memegang peran penting dalam keberhasilan pengobatan. Pasien sebaiknya segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat begitu muncul gejala seperti batuk berdahak lebih dari dua minggu melakukan edukasi melalui sosialisasi publik dan mengajak masyarakat agar tidak mendiskriminasikan penderita TBC
Mereka juga mendorong masyarakat untuk menjadi pengawas atau PMO (Pengawas Menelan Obat) agar pasien minum obat tepat waktu dan hingga tuntas
Indikator kesembuhan pasien tertuang dalam hasil BTA negatif, yang juga menandakan rendahnya risiko penularan .
Penyakit TBC tidak akan sembuh sendiri tanpa pengobatan OAT yang lengkap dan sesuai pedoman medis.
Obat harus diminum rutin dengan dukungan PMO serta kontrol berkala untuk memantau kondisi dan mencegah resistensi.
Rehabilitasi paru pasca pengobatan perlu dilakukan untuk memulihkan fungsi pernapasan secara optimal.
Edukasi masyarakat dan deteksi dini bisa mencegah stigma serta memudahkan akses pengobatan.
Dengan pola pengobatan, dukungan, dan edukasi yang tepat, TBC bisa disembuhkan total dan komplikasinya diminimalkan.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










