TeheranEKOIN.CO – Ulama Iran bernama Mansour Emami mengumumkan sayembara yang menawarkan hadiah sebesar USD1,14 juta atau sekitar Rp184,9 miliar bagi siapa pun yang berhasil membunuh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Tawaran tersebut mencuat di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat, terutama setelah serangan militer AS terhadap fasilitas nuklir Iran pada bulan lalu.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Sayembara ini dilaporkan oleh Iran International, media oposisi Iran yang berbasis di Inggris. Media tersebut mengutip langsung pernyataan Emami, yang berasal dari Provinsi Azerbaijan Barat, wilayah barat laut Iran. Menurut laporan itu, Emami menyampaikan, “Hadiah kepada siapa pun yang membawa kepala Trump.”
Fatwa yang menyerukan pembunuhan terhadap Trump dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga telah dikeluarkan oleh sejumlah ulama Iran. Fatwa ini dianggap sebagai reaksi atas serangan udara AS terhadap tiga situs nuklir Iran, yang terjadi tidak lama setelah Israel meluncurkan Operasi Rising Lion. Operasi tersebut bertujuan untuk menghancurkan kemampuan Iran dalam mengembangkan senjata nuklir.
Pascaserangan tersebut, Ayatollah Agung Naser Makarem Shirazi menyatakan bahwa siapa saja yang mengancam Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, merupakan “musuh Tuhan.” Fatwa ini memicu reaksi luas dan mendorong dukungan dari ulama lainnya.
Dalam laporan Iran International, disebutkan bahwa situs web Iran bernama thaar.ir mengaku sedang menggalang dana guna mendanai pembunuhan terhadap Trump. Hingga kini, situs tersebut mengklaim telah mengumpulkan dana sebesar USD40.286.867. Namun, laporan tersebut belum dapat diverifikasi secara independen.
Fatwa dan penggalangan dana itu kabarnya didukung oleh sekitar 10 tokoh agama senior di Iran. Mereka secara terbuka menyuarakan ancaman terhadap dua pemimpin negara barat tersebut dan menyerukan tindakan keras terhadap apa yang mereka anggap sebagai agresi terhadap Iran.
Selain Mansour Emami, sejumlah ulama ternama lainnya juga disebut telah mengeluarkan fatwa serupa. Mereka antara lain Alireza Panahian, Ayatollah Shirazi, dan Ayatollah Hossein Noori Hamedani. Nama-nama ini termasuk dalam daftar tokoh agama yang dikenal luas di kalangan ulama Syiah Iran.
Dukungan terhadap fatwa dan sayembara tersebut menunjukkan adanya konsolidasi dari kelompok garis keras dalam tubuh ulama Iran. Mereka mempertegas sikap bahwa serangan terhadap pemimpin tertinggi Iran tidak akan dibiarkan tanpa pembalasan.
Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat kembali meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Aksi balasan silih berganti terjadi sejak Israel melakukan serangan terhadap target-target militer dan nuklir di wilayah Iran.
Amerika Serikat pun disebut telah meningkatkan kewaspadaan dan memperketat pengamanan terhadap mantan Presiden Trump, yang menjadi target langsung dari sayembara tersebut. Tidak ada pernyataan resmi dari Gedung Putih terkait ancaman ini.
Laporan tentang situs penggalangan dana thaar.ir mengundang perhatian internasional. Meski keaslian situs dan nominal dana yang dikumpulkan belum dapat dibuktikan, kehadirannya memicu perdebatan mengenai dukungan publik terhadap fatwa tersebut.
Sayembara yang ditawarkan oleh Emami mencerminkan bentuk perlawanan baru yang tidak hanya bersifat retoris, namun juga didorong secara finansial. Hal ini menambah dimensi baru dalam konflik geopolitik antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat.
Fatwa yang dikeluarkan oleh para ulama ini dinilai mengarah pada tindakan kekerasan dengan justifikasi keagamaan. Situasi ini berisiko menimbulkan eskalasi yang lebih luas di kawasan Timur Tengah, yang selama ini telah menjadi titik panas konflik internasional.
Pemerintah Iran hingga kini belum memberikan pernyataan resmi terkait sayembara maupun situs penggalangan dana tersebut. Begitu pula belum ada tanggapan langsung dari otoritas keagamaan tertinggi negara itu, Ayatollah Ali Khamenei.
Meski laporan tersebut berasal dari media oposisi, Iran International dikenal sering mendapatkan bocoran informasi dari dalam negeri Iran. Namun, independensi dan kebenaran angka-angka yang dilaporkan masih harus ditelusuri lebih lanjut oleh media internasional lainnya.
Tindakan ini turut menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya kekerasan berbasis agama yang didorong oleh tokoh-tokoh spiritual. Seruan pembunuhan melalui fatwa bisa memicu radikalisasi lebih lanjut di kalangan pengikutnya.
Komunitas internasional dan organisasi hak asasi manusia kemungkinan akan menyoroti tindakan ini sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma dan hukum internasional. Hal ini juga berpotensi mengganggu upaya diplomasi di kawasan tersebut.
Meskipun belum terbukti adanya upaya nyata dari individu atau kelompok untuk menindaklanjuti fatwa tersebut, penyebaran pesan dan hadiah besar itu menambah ketegangan dalam dinamika global yang sudah sensitif.
Penawaran hadiah dan dukungan finansial dari publik melalui situs web menjadi bagian dari strategi non-militer yang kini digunakan oleh kelompok tertentu di Iran. Metode ini menunjukkan perpaduan antara ideologi, teknologi digital, dan gerakan akar rumput yang terorganisasi.
Melihat situasi yang berkembang, penting bagi otoritas internasional untuk terus memantau dan menanggapi ancaman-ancaman yang berpotensi membahayakan tokoh negara secara global. Upaya mendorong perdamaian dan dialog harus terus digalakkan agar eskalasi bisa ditekan.
Komunikasi antarnegara yang terbuka dan transparan dapat menjadi jembatan untuk meredakan konflik. Hal ini perlu ditindaklanjuti oleh diplomasi aktif dari berbagai pihak yang berkepentingan.
Lembaga keagamaan di seluruh dunia juga memiliki peran penting dalam mendorong penggunaan ajaran agama sebagai jalan damai, bukan sebagai pembenaran untuk kekerasan. Ini termasuk mengutuk fatwa yang menyerukan pembunuhan tokoh publik.
Masyarakat global harus lebih waspada terhadap penyebaran informasi berbahaya yang bisa mendorong tindakan ekstrem. Literasi media menjadi salah satu kunci untuk menilai kebenaran dan potensi dampak dari berita semacam ini.
Langkah-langkah pengamanan dan investigasi lebih lanjut diperlukan untuk memastikan bahwa potensi ancaman terhadap tokoh dunia dapat dicegah. Kolaborasi antara negara dan lembaga internasional harus diperkuat demi menjaga stabilitas keamanan global.(*)
Jangan Biarkan Indonesia Jatuh di Kaki Mafia, atau Memilih Berdiri Mempertahankannya
Ekoin.co - Delapan puluh tahun sejak Proklamasi, republik ini terus bergerak di antara idealisme para pendiri bangsa dan realitas politik-ekonomi...










