Jakarta EKOIN.CO – Fenomena RaptureTok atau ramalan kiamat yang disebut sebagai “Rapture” tengah viral di media sosial sejak 23 hingga 24 September 2025. Isu ini muncul setelah seorang pendeta asal Afrika Selatan, Joshua Mhlakela, mengklaim dirinya mendapat penampakan Yesus yang menegaskan bahwa kedatangan Kristus kedua akan terjadi pada tanggal tersebut. Klaim itu kemudian menyebar luas melalui TikTok dan berbagai platform, membuat kata kunci RaptureTok menjadi trending di kalangan netizen. Gabung di WA Channel EKOIN.
RaptureTok jadi topik global di TikTok
Tagar RaptureTok kini menempati posisi teratas tren pencarian di TikTok. Video-video terkait ramalan ini sudah ditonton jutaan kali, dengan beragam reaksi yang membanjiri kolom komentar. Sebagian warganet menanggapinya serius, sementara sebagian lainnya justru menyelipkan humor atau membuat konten parodi.
Media internasional seperti The Guardian, AP News, dan Newsweek turut melaporkan fenomena ini. Menurut laporan mereka, RaptureTok menandai momen pertama TikTok benar-benar menjadi medium global untuk menyebarkan isu akhir zaman.
Pendeta Joshua Mhlakela dalam video khotbahnya menyebut bahwa “Yesus akan datang kembali membawa keselamatan bagi umat yang percaya.” Klaim ini memicu kekhawatiran sekaligus perbincangan luas, tidak hanya di Afrika Selatan, tetapi juga di berbagai negara termasuk Amerika Serikat dan Indonesia.
Reaksi masyarakat atas viralnya RaptureTok
Beragam tanggapan muncul di tengah masyarakat global. Sebagian pengikut setia Mhlakela mengaku mempercayai pesan tersebut sebagai kebenaran spiritual. Namun, ada pula yang skeptis dan menilai isu ini hanya bentuk disinformasi berbasis agama yang berulang muncul setiap era.
Salah seorang warganet menulis di X (Twitter), “Setiap generasi selalu punya versi kiamatnya sendiri, kali ini namanya RaptureTok.” Ada pula pengguna lain yang menanggapi dengan ringan, “Kalau benar terjadi, semoga sinyal internet tetap ada.”
Menurut The Washington Post, fenomena semacam ini kerap muncul di era media sosial karena algoritma mempercepat penyebaran isu sensasional. Dengan begitu, RaptureTok menjadi cerminan bagaimana informasi seputar kepercayaan dan prediksi kiamat bisa dengan mudah mendunia hanya lewat unggahan singkat.
Di Indonesia, warganet di TikTok juga ikut meramaikan tren ini. Banyak konten kreator yang membahas dari perspektif teologis, psikologis, hingga komedi. Bahkan beberapa kanal rohani membuat siaran langsung untuk mengajak diskusi mengenai prediksi tersebut.
Sosiolog menilai, fenomena ini menunjukkan daya tarik besar isu spiritual dalam masyarakat digital. “RaptureTok bukan hanya tentang keyakinan, tapi juga representasi ketakutan kolektif manusia terhadap masa depan,” ujar seorang pengamat budaya digital di wawancara dengan media asing.
Kini, meskipun tanggal yang disebut dalam ramalan sudah terlewati, tidak ada peristiwa besar yang terjadi. Hal ini semakin menguatkan sikap skeptis sebagian masyarakat, tetapi tak mengurangi fakta bahwa RaptureTok berhasil mengguncang percakapan global di media sosial.
Fenomena RaptureTok membuktikan bahwa media sosial kini memiliki kekuatan besar dalam membentuk narasi global. Klaim seorang tokoh di Afrika Selatan mampu mendunia hanya dalam hitungan hari.
Meskipun ramalan itu tidak terbukti, perbincangan yang lahir dari isu ini menyingkap betapa masyarakat modern tetap memiliki ketertarikan terhadap hal-hal spiritual dan mistis.
Di sisi lain, RaptureTok juga menyoroti risiko penyebaran informasi tanpa dasar kuat yang bisa memicu kepanikan. Peran media menjadi penting dalam memberikan klarifikasi dan penjelasan.
Pengalaman ini diharapkan bisa meningkatkan literasi digital, sehingga masyarakat lebih bijak dalam menyaring informasi viral di internet.
Dengan demikian, viralnya RaptureTok menjadi cermin bagaimana isu kiamat selalu menemukan panggungnya, baik di masa lalu maupun era digital. ( * )
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










