Tel Aviv EKOIN.CO – Ribuan warga Israel memblokir sejumlah jalan utama di Tel Aviv, Minggu (3/8/2025), mendesak pemerintah segera menyepakati gencatan senjata dengan Hamas dan memulangkan para sandera yang masih ditahan di Gaza. Aksi protes ini memuncak setelah kemarahan publik terhadap pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu semakin meluas.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Demonstrasi dimotori oleh keluarga para sandera Israel dan telah berlangsung sejak Sabtu. Ribuan orang turun ke jalan, menuntut agar perang segera dihentikan dan kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas segera tercapai.
Menurut laporan surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, salah satu jalan utama yang diblokir massa adalah Jalan Raya Ayalon. Jalan tersebut merupakan akses penting di pusat Tel Aviv, dan sempat lumpuh akibat pemblokiran sebelum polisi membubarkan massa secara paksa.
Pembubaran paksa oleh aparat keamanan memicu bentrokan. Massa yang bertahan dipaksa meninggalkan lokasi, namun gelombang demonstrasi berlanjut di titik-titik lain di kota tersebut. Aksi serupa juga terjadi di berbagai kota lain di Israel.
Peningkatan demonstrasi terjadi sejak Sabtu, sebagai bagian dari tekanan kepada Netanyahu agar segera mencapai kesepakatan gencatan senjata, dengan fokus utama membebaskan para sandera. Warga menganggap kelambanan pemerintah sebagai bentuk pengabaian terhadap keselamatan warganya sendiri.
Pemicu kemarahan terbaru adalah video yang dirilis sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin Al Qassam, pada Jumat lalu. Dalam video tersebut terlihat sandera Israel bernama Evyatar David dalam kondisi sangat kurus dan kekurangan gizi.
Video lain yang memperparah amarah publik berasal dari kelompok Jihad Islam. Mereka merilis rekaman terakhir sandera Rom Braslavski dalam kondisi kritis akibat kelaparan sebelum kehilangan kontak. Kedua video ini memicu kekhawatiran terhadap nasib para sandera yang masih hidup.
Protes meluas desak kesepakatan damai
Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, menyampaikan kecaman keras terhadap pemerintahan Netanyahu. Ia menilai pemerintah tidak memiliki kepedulian terhadap nasib sandera maupun keluarga mereka, meskipun telah beredar video-video yang menunjukkan penderitaan para sandera.
“Bahkan setelah video-video ini, agenda pemerintah tidak berubah,” ungkap Lapid dalam pernyataan melalui media sosial X. Ia menuding Netanyahu lebih mementingkan keselamatan pribadi dan keluarganya dibandingkan dengan sandera.
Lapid menambahkan bahwa kabinet Israel kembali mengadakan rapat untuk membahas keamanan Netanyahu dan keluarganya, bukan untuk membahas strategi pembebasan sandera. Ia menyebut pemerintahan ini “gila, bangkrut secara moral, dan tidak peduli”.
Demonstrasi di Tel Aviv dan kota-kota lain menjadi cerminan meningkatnya tekanan domestik terhadap Netanyahu, yang dianggap gagal mencapai solusi politik dan kemanusiaan atas konflik berkepanjangan dengan Hamas di Gaza.
Serangan Israel ke Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2023, telah menewaskan lebih dari 60.800 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Jumlah korban luka mencapai hampir 150.000 orang hingga Minggu, menurut berbagai laporan internasional.
Sandera dan tekanan internasional
Dari total 250 sandera yang ditawan oleh Hamas sejak 7 Oktober, sekitar 50 orang masih berada di Gaza. Dari jumlah tersebut, sebanyak 20 orang diyakini masih hidup, termasuk Evyatar David dan Rom Braslavski yang kondisinya kini menjadi sorotan publik.
Gelombang tekanan juga datang dari dunia internasional. Sejumlah negara sekutu Israel mendesak agar krisis sandera segera diakhiri melalui jalur diplomatik, namun belum ada terobosan signifikan yang diumumkan secara resmi oleh pemerintah Israel.
Keluarga para sandera berjanji akan terus melanjutkan aksi protes hingga ada kepastian mengenai nasib kerabat mereka. Mereka menyatakan siap menggelar demonstrasi setiap hari sebagai bentuk desakan terhadap pengambil keputusan.
Beberapa organisasi kemanusiaan menyebut kondisi di Gaza semakin memburuk, dan penundaan penyelesaian konflik hanya akan memperbesar jumlah korban. Penyaluran bantuan kemanusiaan pun terkendala akibat pertempuran yang masih berlangsung.
dari aksi massa di Tel Aviv menunjukkan bahwa masyarakat Israel mulai kehilangan kepercayaan terhadap kepemimpinan Netanyahu dalam menangani isu-isu strategis, terutama terkait keselamatan warga sipil dan upaya penghentian perang.
Banyak warga menyuarakan bahwa perang yang berkepanjangan tidak hanya berdampak pada warga Gaza, tetapi juga secara langsung membahayakan warga Israel sendiri, khususnya sandera dan keluarga mereka.
Krisis ini dinilai telah mengikis stabilitas politik dalam negeri Israel, dengan meningkatnya aksi demonstrasi, kecaman dari oposisi, serta tekanan publik untuk mengakhiri konflik.
Pemerintah Israel dihadapkan pada dilema antara melanjutkan operasi militer atau mengambil langkah politik yang bisa mengakhiri konflik dan menyelamatkan sandera, meskipun konsekuensinya harus membuat konsesi terhadap Hamas.
Ketegangan politik dalam negeri Israel diprediksi akan meningkat jika pemerintah tidak segera mengambil keputusan konkrit dalam menyelesaikan krisis ini, baik dari sisi kemanusiaan maupun keamanan nasional.
Saran yang dapat diberikan adalah pentingnya pendekatan diplomatik segera guna menyelamatkan nyawa para sandera. Kesepakatan gencatan senjata sementara bisa menjadi jalan keluar guna memulai negosiasi yang lebih mendalam.
Pemerintah Israel perlu menjadikan nasib sandera sebagai prioritas utama, bukan sekadar agenda politik internal atau perlindungan terhadap elit pemerintahan.
Selain itu, dibutuhkan keterlibatan komunitas internasional sebagai penengah guna menjembatani kebuntuan yang terjadi antara Israel dan Hamas, serta memastikan hak-hak warga sipil tidak terus terabaikan.
Media dan masyarakat sipil juga memiliki peran penting untuk terus mengawal isu sandera agar tidak tenggelam dalam dinamika politik yang lebih luas, serta memastikan adanya transparansi dari pemerintah.
Upaya damai dan penghentian konflik seharusnya dikedepankan oleh semua pihak demi mencegah jatuhnya lebih banyak korban, baik dari pihak Palestina maupun Israel. Penyelesaian damai adalah kebutuhan mendesak bagi seluruh kawasan. (*)










